MAKALAH PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF
MENURUT ALIRAN ATAU PAHAM PSIKOLOGI
MATA KULIAH PENGEMBANGAN
KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
PENYUSUN : SHASKIA DWI LESTARI
NPM : 16515524
KELAS : 3PA08
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hidup dalam suatu masa dimana ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesatnya untuk digunakan secara konstruktif
maupun destruktif, suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan
bagi suatu bangsa yang berkembag,untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang
terjadi untuk dapat menghadapi problema-problema yang semakin kompleks. Sebagai
pribadi maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa, kita harus mampu memikirkan
membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar kita
dapat “survive” dan tidak hanyut atau
tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara.
Oleh karena itu,pengembangan
kreativitas sejak usia dini. Tinjauan dan penelitian-penelitian tentang proses
kreativitas, kondisi-kondisinya, serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang
dan mengembangkannya menjadi sangat penting.
B. Rumusan
Masalah
Menjelaskan
teori-teori yang melandasi pengembangan kreativitas yang meliputi :
1. Teori
Psikoanalisa yaitu teori Sigmund Feud, teori Ernst Kris dan Teori Carl Jung
2. Teori
Humanistik yaitu teori Abraham Maslow dan teori Carl Rogers
3. Teori
Csikszenmihalyi
C. Tujuan
Dapat
mengetahui dan memahami masing-masing teori yang melandasi pengembangan kreatif.
D. Manfaat
Setelah
mempelajari teori tentang pembentukan pribadi kreatif kita dapat lebih memahami
dan mengetahui bagaimana pengembangan kreativitas.
BAB
II
KASUS
A.
Pengertian
Kreativitas
Kreativitas
merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu
sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu: berfikir, merasa, menginderakan
dan intuisi (basic function of thingking,
feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark 1986). Makna dari
pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan
kemampuan berpikir kreatif, kepuasan dalam menciptakan dan meningkatkan
kualitas hidup.
B.
Teori
Kreativitas dan Pembentukan Pribadi Kreatif
1.
Teori
Psikoanalisa
a.
Sigmund
Freud
Menurut
beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang
menetapkan pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939)
adalah tokoh yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari
mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari
kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak diterima.
Karena mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan
karena menghabiskan energi psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi
produktivitas kreatif. Freud percaya, bahwa meskipun kebanyakan mekanisme
pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab
utama dari kreativitas.
Kaitan
antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada
tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk
menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara
langsung. Pada umur empat tahun anak mengemabangkan hasrat fisik untuk orang
tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi,
maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya
seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo
da Vinci mengenai madonna yang dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh
yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda. Macam mekanisme pertahanan
adalah :
·
Represi, yaitu secara tidak sadar
melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
·
Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi
ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal
lain.
·
Sublimasi, yaitu jika tidak mampu
memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya
menjadi pemain bola.
·
Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu
kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang
hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk
melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak
tertarik untuk pergi.
·
Identifikasi, yaitu ingin menjadi
seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar
dan nilai diri sendiri.
·
Introjeksi, yaitu menerima standar dan
nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
·
Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang
sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis
ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
·
Proyeksi, yaitu menganggap seseorang
meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan
sesungguhnya terhadap dia.
·
Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan
impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila
seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu
menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan
prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
·
Pemindahan, yaitu jika takut
mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap
seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada
atasan, maka marah-marah pada anak.
·
Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua
kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia
sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory
lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
b.
Ernest
Kris
Ernest
Kris (1900-1957) menekan bahwa mekanisme pertahan regresi (beralih ke prilaku
sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika prilaku sekarang tidak berhasil
atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
Orang-orang
yang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan alam pikiran
tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita tidak mengalami hambatan untuk bisa
seperti anak dalam pikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain
dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu
melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in
the service of the ego”.
c.
Carl
Jung
Carl
Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat
penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari
dibentuk oleh masa lalu pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari
pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar
kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek
moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan
karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari
eksistensi manusia.
2.
Teori
Humanistik
a.
Abraham
Maslow
Menurut
Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistik, manusia
mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan
ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat
lahir, dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses pematangan.
Sebagai contoh, belajar memahami dan menghargai musik meningkatkan hasrat untuk
belajar lebih banyak tentang musik.
Proses
perwujudan diri erat berkaitan dengan kreativitas. Bebas dari neurosis, orang
yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka dapat
mencapai apa yang disebut oleh Maslow “peak experience” – saat mendapat kilasan
ilham (flash of insight) yang menyebabkan kegembiraan dan rasa syukur karena
hidup.
b.
Carl
Rogers
Menurut
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah:
·
Keterbukaan terhadap pengalaman.
·
Kemampuan untuk menilai situasi sesuai
dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
·
Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain”
dengan konsep-konsep.
Setiap orang
memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini
berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara
kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam
untuk berkreasi (internal press).
Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran
humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional
daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas
dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang
tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas
adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu
untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari
pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers
(dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi
berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan
untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada
moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya
kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut
pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1) Keamanan
Psikologis
·
Menerima individu sebagaimana adanya
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat
memberi efek menghayati suasana keamanan).
·
Mengusahakan suasana yang ada didalamnya
evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya
mempunyai efek mengancam)
·
Memberikan pengertian secara empatis
(dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut
pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2) Kebebasan
Psikologis
Jika
setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada
seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada
dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya
dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu
ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
3.
Teori
Csikzenmihalyi
Dalam teori
Csikzenmihalyi memberikan 5 ciri kreativitas :
a. Ciri
pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis
(genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka
terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah
menjadi pemusik.
b. Minat
pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara
mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan
kreativitas.
c. Akses
terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta
adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu
pengembangan bakat.
d. Access
to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat
pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e. Orang-orang
yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk
menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu
untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
Mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
·
Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan
energi fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan
konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
·
Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik
tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki
kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight
mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu
berpikir konvergen sekaligus divergen.
·
Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan
kombinasi sikap bermain dan disiplin.
·
Pribadi yang kreatif dapat
berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada
realitas.
·
Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan
baik introversi maupun ekstroversi.
·
Orang kreatif dapat bersikap rendah diri
dan bangga akan karya pada saat yang bersamaan.
·
Pribadi yang kreatif menunjukan
kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari
stereotip gender (maskulin-feminim).
·
Orang yang kreatif cenderung mandiri
bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan
konservatif.
·
Kebanyakan orang kreatif sangat
bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat
objektif dalam penilaian karya mereka.
·
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang
kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada
saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).
BAB III
ANALISIS TEORI
Psikoanalisis
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Teori pengembangan
kreativitas diantaranya. Teori Freud menurut beberapa pakar spikologi kemampuan
kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari
kehidupan. Teori Ermest Kris (1900-1957)
menekankan bahwa mekanisme
pertahanan regresi (beralih ke perilaku
sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika perilaku sekarang tidak berhasil
atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Teori
Carl jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang
amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar,
Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto,
Ahmad. 2012. Perkembagan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana