REVIEW JURNAL KONTROL DIRI DAN KECENDERUNGAN
KECANDUAN INTERNET
Herlina Siwi Widiana, Sofiana Retnowati,
Rahma Hidayat
Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi
UGM, Fakultas Psikologi UGM
Disusun Oleh :
Shaskia Dwi Lestari
Kelas : 2PA08
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
I.
Latar Belakang
Penelitian ini ditulis dengan referensi dari peneliti lain yang telah
mempublish hasil uji mereka yang berkaitan dengan kecanduan internet ataupun
kontrol diri. Menurut Young, kecanduan internet kini sudah menjadi fenomena
umum dimana – mana, baik dirumah, kantor maupun sekolah. Bahkan mereka yang
mengalami kecanduan akan alkohol memilih melampiaskannya pada internet yang
dianggap lebih aman. Pada tahun 1992, American Psychological Association mengemukakan
bahwa 6 persen dari pengguna dari internet mengalami internet addict.
Dapat dibayangkan jika pada tahun 1999 saja ketika internet merupakan hal yang
masih langka sudah bisa membuat penggunanya kecanduan, apalagi ditahun 2004
ketika penelitian ini dilakukan dimana perkembangannya sudah jauh lebih pesat.
Mereka yang mengalami intenet addict dapat menghabiskan waktu mereka selama
berjam – jam setiap harinya demi melakukan aktivitas online. Maka pantas jika
hasil penelitian Young mengatakan bahwa pecandu internet akan mengalami
penurunan prestasi akademis, kinerja, bahkan kegagalan rumah tangga.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kontrol diri dan kecenderungan kecanduan pada internet.
II.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1.
Metode
Dokumentasi, untuk mengungkapkan identitas subjek, lama penggunaan tiap kali
online (lalu total perminggunya), aplikasi yang sering digunakan beserta alasan
penggunaannya, dan keuntungan menggunakan internet.
2.
Metode
Skala, untuk mengungkap kecendrungan kecanduan internet dan kontrol diri.
Sampel/responden
adalah 70 mahasiswa jurusan Teknik Elektro UGM semester III ke atas yang
berusia antara 18 sampai 24 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
Alat
ukur yang digunakan adalah Sekala Kecenderungan Kecanduan Internet dan Kontrol
Diri.
III.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan dari hasil beberapa pengujian diatas dinyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan
kecanduan internet. Sehingga
bisa dikatakan bahwa tingginya nilai control diri selalu diikut dengan
rendahnya kecendrungan kecanduan internet (linier) dan sebaliknya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Young (1996b) bahwa pecandu internet kehilangan
control diri dari penggunaan dari kehidupannya.
Kontrol diri adalah suatu proses pengendalian diri dari perilaku
eksesif. Internet, yang notabene merupakan objek yang mampu memberikan kepuasan
sangat mungkin membuat penggunaannya menjadi eksesif. Hasil penelitian Funder
dan Block menyatakan keterampilan kognitif dan control impuls berperan
penting untuk menunda perilaku yang termotivasi (seperti memakai internet).
Meskipun begitu, pengaruh control diri terhadap kecendrungan kecandua
internet hanya sebesar 4,12 persen. Hal ini berarti ada faktor lain yang ikut
mempengaruhi seperti kepribadian, lingkungan, interaksional dan situasional.
Loytsker dan Aleloo mengatakan individu yang mudah bosan dan kesepian mempunyai
kecendrungan yang lebih besar menjadi internet addict. Pecandu
internet juga memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi ketika online karena
tidak bersinggungan langsung secara fisik.
Berdasarkan penelitian Young menunjukkan bahwa orang yang depresi lebih
menyukai internet karena tidak diperlukan perilaku non-verbal, ekspresi wajah,
gerak isyarat, kontak mata dan tekanan suara sehingga tidak terlalu menekan.
Mereka juga bisa mendapat dukungan sosial, serta pembentukan citra diri yang
baru. Mereka dapat bertukar pembicaraan, menjadi pemberi nasihat tanpa takut
opininya ditolak.
Pada tahun penelitian ini dilakukan (2004), internet masih menjadi alat
komunikasi baru sehingga control diri pada penggunanya masih terbilang cukup.
Selain itu sampling juga dilakukan tidak terlalu luas sehingga untuk sampling
dari populasi lain (misal wanita 22 tahun keatas) mungkin menunjukkan hasil
yang berbeda.
Ahli-ahli psikologi yang
lain (Suler, 1996) menyatakan tanda-tanda kecanduan internet sebagai berikut :
1. Perubahan
gaya hidup yang drastis untuk menghabiskan waktu dalam internet yang lebih banyak,
2. Penuh
aktifitas fisik secara umum,
3. Sikap
mengabaikan kesehatan sebagai akibat aktivitas internet,
4. Menghindari
hidup yang penting untuk menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam internet,
5. Kurang
tidur atau mengubah pola tidur untuk menghabiskan waktu dalam internet yang
lebih banyak,
6. Penurunan
sosialisasi yang mengakibatkan kehilangan banyak teman,
7. Mengabaikan
keluarga dan teman,
8. Menolak
memperpanjang waktu yang tidak digunakan untuk internet,
9. Mengidamkan
waktu yang lebih pada komputer,
10. Mengabaikan
pekerjaan dan kewajiban personal.
Suler
mengkategorikan pengguna internet menjadi dua. Pertama, Pengguna Internet yang
Sehat, yaitu pengguna internet yang melakukan aktivitas online tidak
berlebihan, menggunakan fasilitas internet untuk hal – hal yang penting dan
berkomunikasi dengan kerabat seperlunya dengan internet (lebih banyak secara face to face). Kedua, Pengguna Internet yang Tidak
Sehat, dimana mereka sudah menganggap bahwa dunia maya dengan dunia nyata
adalah hal yang terpisah dan sulit untuk dipadukan. Mereka menganggap bahwa
dunia maya adalah dunia tersendiri yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang
sekitar dan mereka lebih menyukainya, menghabiskan waktu berjam – jam untuk
online.
Sedangkan Young membedakan
pengguna internet menjadi dua, yaitu Non Dependent (pengguna internet normal)
dan Dependent (pengguna internet adiktif). N-dependent menggunakan internet
untuk kepentingan pekerjaan atau pendidikan, serta menjaga hubungan yang sudah
terbentuk lama melalui komunikasi elektronik. Pengguna internet tipe ini
menghabiskan waktu online 4 sampai 5 jam perminggu. Dependent menggunakan
internet untuk hampir semua aspek komunikasi dan hiburan di hidup mereka.
Mereka akan berkomunikasi, bertukar pikiran, dan mencari hiburan lewat
internet. Penggunaan internetnya mencapai 20 hingga 80 jam perminggu, paling
lama 15 jam per sesi online (16 kali lipat dari tipe N-Dependent).
Berdasarkan penelitian dari Carnegie Mellon University, individu yang
menjadi kecanduan akan internet mempunyai resiko tinggi untuk mengalami
depresi. Mereka yang banyak menghabiskan waktu berjam – jam di dunia maya
cenderung depresi karena tidak melakukan human contact (Hawari, dalam Komputek, 1999). Ketika
online, mereka merasa bergairah, senang, bebas, serta merasa dibutuhkan dan didukung.
Sedangkan sebaliknya, ketika offline, mereka merasa kesepian, cemas, tidak
terpuaskan, bahkan frustasi.
Sebagaimana pecandu alcohol, subjek yang diteliti dalam penelitian Young
akan menghindari aktivitas lain yang mengurangi waktu online mereka, karena
mereka merasakan kegembiraan yang unik ketika online. Kecanduan internet juga
membuat mereka sering berbohong mengenai waktu penggunaan internet, merasa
gugup ketika online bahkan membayangkan untuk segera online. Hal ini membuat
mereka mengalami masalah dengan pekerjaan, keuangan, serta sosialisasi.
Faktor yang membuat mereka menjadi internet addict antara
lain adalah:
·
Interaksi
antara pengguna internet dalam komunikasi dua arah
·
Ketersediaan
fasilitas internet
·
Kurangnya
pengawasan
·
Motivasi
individu pengguna internet
·
Kurangnya
kemampuan indiviu dalam mengontrol perlaku
Sebenarnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk mengontrol
perilakunya masing – masing. Rodin (dalam Sarafino, 1990) mengungkapkan kontrol
diri adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil
tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan. Sehingga bisa
dikatakan individu dengan kontrol diri yang tinggi mampu mengarahkan perilaku
mereka kearah yang konsekuensinya lebih positif.
Kontrol diri melibatkan tiga hal. Pertama, memilih dengan sengaja.
Kedua, pilihan antara dua perilaku yang bertentangan; satu perilaku menawarkan
kepuasan dengan segera, sedangkan perilaku yang lain menawarkan ganjaran jangka
panjang. Ketiga, memanipulasi stimulus agar satu perilaku kurang mungkin
dilakukan sedangkan perilaku yang lain lebih mungkin dilakukan (Skiner dalam
Calhoun dan Acocella, 1990). Hal ini membuat perilaku individu menjadi lebih
terarah.
Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kontrol diri tinggi dapat
menyeimbangkan dan mendisiplinkan dirinya dalam hal penggunaan internet. Mereka
dapat mengatur perilakunya dengan bijak sehingga tidak online secara berlebihan
dan tidak mengalami kecanduan.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah
disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang
signifikan antara control diri dengan kecenderungan kecanduan internet sehingga
dapat dikatakan semakin tinggi control diri maka semakin rendah kecendrungan
kecanduan intenet dan sebaliknya, semakin rendah kontrol diri maka semakin
tinggi kecenderungan kecanduan internet.
Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Dari Sulit Tidur sampai
Ngeseks. Jawa Pos. 1 Oktober 1999.
______. 1999. Dibuka, Terapi Bagi
yang Kecanduan Internet. Jawa Pos. 1 Oktober
1999.
______. 1999. Bahaya Kecanduan
Internet. Komputek. Minggu IV Oktober 1999.
______ . 1999. Bagaimana Internet
Bisa Jadi Candu. Komputek. Minggu IV Oktober
1999.
______ . 1998. Para Pecandu Internet
Sering Tunjukan Kelainan Psikiatrik. Suara
Merdeka. 7 Juni 1999.
Calhoun, J. F. & Acocella, J. R.
1990. Psychology of Adjustment and Human
Relationship (3rd ed). New York : Mc
Graw Hill.
Diekhoff, G. 1992. Statistical For
The Social And Behavioral Science : Univariate,
Bivariate, Multivariate. USA : Wm C
Brown Publisher.
Elfida, D. 1995. Hubungan Antara
Kemampuan Mengontrol Diri dan Kecenderungan
Berperilaku Delikuen Pada Remaja.
Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta : Fakult
No comments:
Post a Comment