Friday, January 6, 2017

REVIEW JURNAL KECANDUAN INTERNET (TUGAS INDIVIDU)

REVIEW JURNAL KONTROL DIRI DAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET

Herlina Siwi Widiana, Sofiana Retnowati, Rahma Hidayat
Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi UGM, Fakultas Psikologi UGM




Disusun Oleh :
Shaskia Dwi Lestari
Kelas : 2PA08
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma








       I.            Latar Belakang
Penelitian ini ditulis dengan referensi dari peneliti lain yang telah mempublish hasil uji mereka yang berkaitan dengan kecanduan internet ataupun kontrol diri. Menurut Young, kecanduan internet kini sudah menjadi fenomena umum dimana – mana, baik dirumah, kantor maupun sekolah. Bahkan mereka yang mengalami kecanduan akan alkohol memilih melampiaskannya pada internet yang dianggap lebih aman. Pada tahun 1992, American Psychological Association mengemukakan bahwa 6 persen dari pengguna dari internet mengalami internet addict. Dapat dibayangkan jika pada tahun 1999 saja ketika internet merupakan hal yang masih langka sudah bisa membuat penggunanya kecanduan, apalagi ditahun 2004 ketika penelitian ini dilakukan dimana perkembangannya sudah jauh lebih pesat. Mereka yang mengalami intenet addict dapat menghabiskan waktu mereka selama berjam – jam setiap harinya demi melakukan aktivitas online. Maka pantas jika hasil penelitian Young mengatakan bahwa pecandu internet akan mengalami penurunan prestasi akademis, kinerja, bahkan kegagalan rumah tangga.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dan kecenderungan kecanduan pada internet.

    II.            Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1.      Metode Dokumentasi, untuk mengungkapkan identitas subjek, lama penggunaan tiap kali online (lalu total perminggunya), aplikasi yang sering digunakan beserta alasan penggunaannya, dan keuntungan menggunakan internet.
2.      Metode Skala, untuk mengungkap kecendrungan kecanduan internet dan kontrol diri.
Sampel/responden adalah 70 mahasiswa jurusan Teknik Elektro UGM semester III ke atas yang berusia antara 18 sampai 24 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
Alat ukur yang digunakan adalah Sekala Kecenderungan Kecanduan Internet dan Kontrol Diri.



 III.            Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan dari hasil beberapa pengujian diatas dinyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Sehingga bisa dikatakan bahwa  tingginya nilai control diri selalu diikut dengan rendahnya kecendrungan kecanduan internet (linier) dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Young (1996b) bahwa pecandu internet kehilangan control diri dari penggunaan dari kehidupannya.
Kontrol diri adalah suatu proses pengendalian diri dari perilaku eksesif. Internet, yang notabene merupakan objek yang mampu memberikan kepuasan sangat mungkin membuat penggunaannya menjadi eksesif. Hasil penelitian Funder dan Block  menyatakan keterampilan kognitif dan control impuls berperan penting untuk menunda perilaku yang termotivasi (seperti memakai internet).
Meskipun begitu, pengaruh control diri terhadap kecendrungan kecandua internet hanya sebesar 4,12 persen. Hal ini berarti ada faktor lain yang ikut mempengaruhi seperti kepribadian, lingkungan, interaksional dan situasional. Loytsker dan Aleloo mengatakan individu yang mudah bosan dan kesepian mempunyai kecendrungan yang lebih besar menjadi internet addict. Pecandu internet juga memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi ketika online karena tidak bersinggungan langsung secara fisik.
Berdasarkan penelitian Young menunjukkan bahwa orang yang depresi lebih menyukai internet karena tidak diperlukan perilaku non-verbal, ekspresi wajah, gerak isyarat, kontak mata dan tekanan suara sehingga tidak terlalu menekan. Mereka juga bisa mendapat dukungan sosial, serta pembentukan citra diri yang baru. Mereka dapat bertukar pembicaraan, menjadi pemberi nasihat tanpa takut opininya ditolak.
Pada tahun penelitian ini dilakukan (2004), internet masih menjadi alat komunikasi baru sehingga control diri pada penggunanya masih terbilang cukup. Selain itu sampling juga dilakukan tidak terlalu luas sehingga untuk sampling dari populasi lain (misal wanita 22 tahun keatas) mungkin menunjukkan hasil yang berbeda.



Ahli-ahli psikologi yang lain (Suler, 1996) menyatakan tanda-tanda kecanduan internet sebagai berikut :
1.      Perubahan gaya hidup yang drastis untuk menghabiskan waktu dalam internet yang lebih banyak,
2.      Penuh aktifitas fisik secara umum,
3.      Sikap mengabaikan kesehatan sebagai akibat aktivitas internet,
4.      Menghindari hidup yang penting untuk menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam internet,
5.      Kurang tidur atau mengubah pola tidur untuk menghabiskan waktu dalam internet yang lebih banyak,
6.      Penurunan sosialisasi yang mengakibatkan kehilangan banyak teman,
7.      Mengabaikan keluarga dan teman,
8.      Menolak memperpanjang waktu yang tidak digunakan untuk internet,
9.      Mengidamkan waktu yang lebih pada komputer,
10.  Mengabaikan pekerjaan dan kewajiban personal.
Suler mengkategorikan pengguna internet menjadi dua. Pertama, Pengguna Internet yang Sehat, yaitu pengguna internet yang melakukan aktivitas online tidak berlebihan, menggunakan fasilitas internet untuk hal – hal yang penting dan berkomunikasi dengan kerabat seperlunya dengan internet (lebih banyak secara face to face). Kedua, Pengguna Internet yang Tidak Sehat, dimana mereka sudah menganggap bahwa dunia maya dengan dunia nyata adalah hal yang terpisah dan sulit untuk dipadukan. Mereka menganggap bahwa dunia maya adalah dunia tersendiri yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang sekitar dan mereka lebih menyukainya, menghabiskan waktu berjam – jam untuk online.
Sedangkan Young membedakan pengguna internet menjadi dua, yaitu Non Dependent (pengguna internet normal) dan Dependent (pengguna internet adiktif). N-dependent menggunakan internet untuk kepentingan pekerjaan atau pendidikan, serta menjaga hubungan yang sudah terbentuk lama melalui komunikasi elektronik. Pengguna internet tipe ini menghabiskan waktu online 4 sampai 5 jam perminggu. Dependent menggunakan internet untuk hampir semua aspek komunikasi dan hiburan di hidup mereka. Mereka akan berkomunikasi, bertukar pikiran, dan mencari hiburan lewat internet. Penggunaan internetnya mencapai 20 hingga 80 jam perminggu, paling lama 15 jam per sesi online (16 kali lipat dari tipe N-Dependent).
Berdasarkan penelitian dari Carnegie Mellon University, individu yang menjadi kecanduan akan internet mempunyai resiko tinggi untuk mengalami depresi. Mereka yang banyak menghabiskan waktu berjam – jam di dunia maya cenderung depresi karena tidak melakukan human contact (Hawari, dalam Komputek, 1999). Ketika online, mereka merasa bergairah, senang, bebas, serta merasa dibutuhkan dan didukung. Sedangkan sebaliknya, ketika offline, mereka merasa kesepian, cemas, tidak terpuaskan, bahkan frustasi.
Sebagaimana pecandu alcohol, subjek yang diteliti dalam penelitian Young akan menghindari aktivitas lain yang mengurangi waktu online mereka, karena mereka merasakan kegembiraan yang unik ketika online. Kecanduan internet juga membuat mereka sering berbohong mengenai waktu penggunaan internet, merasa gugup ketika online bahkan membayangkan untuk segera online. Hal ini membuat mereka mengalami masalah dengan pekerjaan, keuangan, serta sosialisasi.
Faktor yang membuat mereka menjadi internet addict antara lain adalah:
·         Interaksi antara pengguna internet dalam komunikasi dua arah
·         Ketersediaan fasilitas internet
·         Kurangnya pengawasan
·         Motivasi individu pengguna internet
·         Kurangnya kemampuan indiviu dalam mengontrol perlaku
Sebenarnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk mengontrol perilakunya masing – masing. Rodin (dalam Sarafino, 1990) mengungkapkan kontrol diri adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan. Sehingga bisa dikatakan individu dengan kontrol diri yang tinggi mampu mengarahkan perilaku mereka kearah yang konsekuensinya lebih positif.
Kontrol diri melibatkan tiga hal. Pertama, memilih dengan sengaja. Kedua, pilihan antara dua perilaku yang bertentangan; satu perilaku menawarkan kepuasan dengan segera, sedangkan perilaku yang lain menawarkan ganjaran jangka panjang. Ketiga, memanipulasi stimulus agar satu perilaku kurang mungkin dilakukan sedangkan perilaku yang lain lebih mungkin dilakukan (Skiner dalam Calhoun dan Acocella, 1990). Hal ini membuat perilaku individu menjadi lebih terarah.

Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kontrol diri tinggi dapat menyeimbangkan dan mendisiplinkan dirinya dalam hal penggunaan internet. Mereka dapat mengatur perilakunya dengan bijak sehingga tidak online secara berlebihan dan tidak mengalami kecanduan.

 IV.            Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara control diri dengan kecenderungan kecanduan internet sehingga dapat dikatakan semakin tinggi control diri maka semakin rendah kecendrungan kecanduan intenet dan sebaliknya, semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi kecenderungan kecanduan internet.

Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Dari Sulit Tidur sampai Ngeseks. Jawa Pos. 1 Oktober 1999.
______. 1999. Dibuka, Terapi Bagi yang Kecanduan Internet. Jawa Pos. 1 Oktober
1999.
______. 1999. Bahaya Kecanduan Internet. Komputek. Minggu IV Oktober 1999.
______ . 1999. Bagaimana Internet Bisa Jadi Candu. Komputek. Minggu IV Oktober
1999.
______ . 1998. Para Pecandu Internet Sering Tunjukan Kelainan Psikiatrik. Suara
Merdeka. 7 Juni 1999.
Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1990. Psychology of Adjustment and Human
Relationship (3rd ed). New York : Mc Graw Hill.
Diekhoff, G. 1992. Statistical For The Social And Behavioral Science : Univariate,
Bivariate, Multivariate. USA : Wm C Brown Publisher.
Elfida, D. 1995. Hubungan Antara Kemampuan Mengontrol Diri dan Kecenderungan
Berperilaku Delikuen Pada Remaja. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta : Fakult





No comments:

Post a Comment