Tuesday, October 17, 2017

MAKALAH KEBERBAKATAN




MAKALAH KEBERBAKATAN
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KREATIVITAS
DAN KEBERBAKATAN



PENYUSUN :
SHASKIA DWI LESTARI (16515524)
KELAS : 3PA08




A.    Pengertian Keberbakatan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.  Definisi Columbus Group, bakat adalah 'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata, mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab. Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.  Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.

B.     Hubungan Keberbakatan dan Kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara:


1.      Kemampuan umum diatas rata-rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.

2.      Kreativitas di atas rata – rata
Kelompok (cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk  melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.

3.      Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas). Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.

C.    Ciri-ciri Anak Berbakat
1.      Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, pembendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik, menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.

2.      Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).


3.      Motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).

4.      Pengamatan yang Siaga dan Cermat
Seorang anak memperhatikan apa yang berlansung dalam lingkungannya. Ia melakukannya tidak saja dengan gerak – gerik, tetapi juga melalui pandangan mata.

5.      Bahasa
Anak berbicara lebih cepat dibandingkan dengan anak – anak sebayanya. Ia mampu menggunakan kata – kata yang lebih sulit dan kalimat – kalimat yang lebih majemuk.

6.      Keterampilan Motorik
Anak  dapat menanggapi atau benda dengan lebih tepat dan tidak cepat menjatuhkannya. Ia dapat membuat bangunan dalam permainan balok atau kotak yang lebih sulit dan menempatkannya dengan keseimbangan yang baik, misalnya pada pembuatan menara tinggi. Selain itu, juga tampak dalam menggambar dan berolahraga.

7.      Membaca
Sudah dapat membaca sebelum masuk sekolah dasar, dan biasanya belajar sendiri. Ketika masih bayi, tidak pernah memegang buku gambar terbalik. Gambar – gambar itu pun sepertinya dibaca dari kiri ke kanan.


8.      Matematika
Seperti halnya membaca, keterampilan matematika dimulai dengan memahami konsep – konsep yang mendasarinya. Anak cepat menunjukkan perhatian terhadap waktu, ukuran dan hitung – menghitung. Anak banyak mengajukan pertanyaan tentang berapa lama, berapa banyak dan pertanyaan – pertanyaan sejenisnya. Anak cepat mengingat hari – hari ulang tahun, usia seseorang dan hal – hal yang berhubungan dengan angka.

9.      Ingatan
Anak mempunyai ikatan yang baik tentang pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh. Anak ingin mengetahui sesuatu dan sering bertanya tentang hal – hal yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

10.  Rasa Ingin Tahu dan Keuletan
Dalam hal – hal mengajukan pertanyaan, anak tidak sekedar bertanya mengenai siapa atau apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana dan sebagainya. Untuk memperoleh jawabannya, anak sangat gigih dan keras hati.

11.  Semangat
Mereka biasanya menunjukkan semangat dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika minat dan kegiatannya beragam hingga mengakibatkan kurang tidur.

12.  Persahabatan
Mereka menyukai teman – teman yang lebih tua atau senang bersama orang dewasa.





D.    Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
1.      Pengertian Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak. Pada dasarnya kurikulum umum dan kurikulum berdiferensiasi memiliki pengertian yang berbeda, dimana kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang secara komprehensip dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu melalui pengembangan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu.
Sedangkan, kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat terutama mengacu pada peningkatan kehidupan mental anak berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat. Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum berdiferensiasi dikembangkan berdasarkan dari teori spesialisasi berlahan otak (hemisphere specialization), terutama bagi pengembangan belahan otak kanan yang memerlukan rancangan pengalaman belajar untuk pengembangan yang lebih optimal (Kitano & Kirby dalam Semiawan, C, 1992). Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat bukanlan kurikulum bersifat mikro ataupun berupa deskripsi aktivitas post-facto, melainkan suatu rancangan jangka panjang dalam pengembangan pendidikan anak berbakat dengan konsiderasi terhadap berbagai kondisinya (Semiawan, C, 1996).
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.

2.      Kegunaan Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum berdiferensiasi mempunyai kegunaan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.

3.      Perbedaan Kurikulum Berdiferensiasi dengan Kurikulum Umum
a.       Konten
Muatan atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.


b.      Proses
Proses belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
c.       Produk
Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.

No comments:

Post a Comment