MAKALAH KEBERBAKATAN
MATA KULIAH PENGEMBANGAN
KREATIVITAS
DAN KEBERBAKATAN
PENYUSUN :
SHASKIA DWI LESTARI (16515524)
KELAS : 3PA08
A.
Pengertian
Keberbakatan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang
melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan
terkait dengan struktur otak. Definisi Columbus Group, bakat adalah
'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata,
mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang
secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Renzulli (1981), bakat merupakan
gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan
keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab.
Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan
suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan
keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah
kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan
intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi,
bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya
yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Menurut Galton 2002, kebeberbakatan
merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat
yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan
interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab
terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut
Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar
biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan.
Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana
seseorang yang berbakat itu hidup.
B.
Hubungan
Keberbakatan dan Kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan
kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan
kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara:
1.
Kemampuan
umum diatas rata-rata
Salah
satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya
kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang
menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman (
1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan
kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi
tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan
bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan
potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam
istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya
diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan
berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan
spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini
merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task –
commitment”.
2.
Kreativitas
di atas rata – rata
Kelompok
(cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan
memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan
baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.
3.
Pengikatan
diri terhadap tugas ( task commitment
cukup tinggi)
Kelompok
karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif
ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun
mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas
tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton
meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “,
namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras
merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat
dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri
sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi (
pengikatan diri terhadap tugas). Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang
yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum
tentu memiliki kreativitas.
C.
Ciri-ciri
Anak Berbakat
1.
Intelektual/Belajar
Mudah
menangkap pelajaran, ingatan baik, pembendaharaan kata luas, penalaran tajam
(berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik,
menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca,
ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus
maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan
kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu
membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani
berbagai hal.
2.
Kreativitas
Dorongan
ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak
gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang
lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi
(tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam
pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan
anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan
mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
3.
Motivasi
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti
sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang
pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak
cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
"orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan
sebagainya).
4.
Pengamatan
yang Siaga dan Cermat
Seorang
anak memperhatikan apa yang berlansung dalam lingkungannya. Ia melakukannya
tidak saja dengan gerak – gerik, tetapi juga melalui pandangan mata.
5.
Bahasa
Anak
berbicara lebih cepat dibandingkan dengan anak – anak sebayanya. Ia mampu
menggunakan kata – kata yang lebih sulit dan kalimat – kalimat yang lebih
majemuk.
6.
Keterampilan
Motorik
Anak
dapat menanggapi atau benda dengan lebih tepat dan tidak cepat menjatuhkannya.
Ia dapat membuat bangunan dalam permainan balok atau kotak yang lebih sulit dan
menempatkannya dengan keseimbangan yang baik, misalnya pada pembuatan menara
tinggi. Selain itu, juga tampak dalam menggambar dan berolahraga.
7.
Membaca
Sudah
dapat membaca sebelum masuk sekolah dasar, dan biasanya belajar sendiri. Ketika
masih bayi, tidak pernah memegang buku gambar terbalik. Gambar – gambar itu pun
sepertinya dibaca dari kiri ke kanan.
8.
Matematika
Seperti
halnya membaca, keterampilan matematika dimulai dengan memahami konsep – konsep
yang mendasarinya. Anak cepat menunjukkan perhatian terhadap waktu, ukuran dan
hitung – menghitung. Anak banyak mengajukan pertanyaan tentang berapa lama,
berapa banyak dan pertanyaan – pertanyaan sejenisnya. Anak cepat mengingat hari
– hari ulang tahun, usia seseorang dan hal – hal yang berhubungan dengan angka.
9.
Ingatan
Anak
mempunyai ikatan yang baik tentang pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.
Anak ingin mengetahui sesuatu dan sering bertanya tentang hal – hal yang tidak
diperhatikan oleh orang lain.
10. Rasa Ingin Tahu dan Keuletan
Dalam
hal – hal mengajukan pertanyaan, anak tidak sekedar bertanya mengenai siapa
atau apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana dan sebagainya. Untuk memperoleh
jawabannya, anak sangat gigih dan keras hati.
11. Semangat
Mereka
biasanya menunjukkan semangat dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu,
tidak mengherankan jika minat dan kegiatannya beragam hingga mengakibatkan
kurang tidur.
12. Persahabatan
Mereka
menyukai teman – teman yang lebih tua atau senang bersama orang dewasa.
D.
Kurikulum
Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
1.
Pengertian
Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum merupakan metode menyusun
kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif,
efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua
pengalaman yang diperoleh di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang
membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan
untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka
kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam
minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi
setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa
harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Pada dasarnya kurikulum umum dan kurikulum berdiferensiasi memiliki pengertian
yang berbeda, dimana kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang
dirancang secara komprehensip dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu
melalui pengembangan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi
sasaran tertentu.
Sedangkan, kurikulum berdiferensiasi
bagi anak berbakat terutama mengacu pada peningkatan kehidupan mental anak
berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan kreativitasnya serta
mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Istilah
diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat
tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah
kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada
perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus
berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan
kurikulum reguler yang berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan
untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat.
Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi
pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian, pada dasarnya
kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi
dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan
pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman,
serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai
dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum
berdiferensiasi dikembangkan berdasarkan dari teori spesialisasi berlahan otak (hemisphere
specialization), terutama bagi pengembangan belahan otak kanan yang
memerlukan rancangan pengalaman belajar untuk pengembangan yang lebih optimal
(Kitano & Kirby dalam Semiawan, C, 1992). Kurikulum berdiferensiasi bagi
anak berbakat bukanlan kurikulum bersifat mikro ataupun berupa deskripsi
aktivitas post-facto, melainkan suatu rancangan jangka panjang dalam
pengembangan pendidikan anak berbakat dengan konsiderasi terhadap berbagai
kondisinya (Semiawan, C, 1996).
Jadi, berdasarkan penjelasan di
atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat
dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat
yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik
juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum
yang telah dideferensiasikan.
2.
Kegunaan
Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum
berdiferensiasi mempunyai kegunaan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok
belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa
berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan
produk belajar.
3.
Perbedaan
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Kurikulum Umum
a.
Konten
Muatan atau materi yang diberikan
kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
b.
Proses
Proses belajar anak berbakat, entah
itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
c.
Produk
Dalam hal penugasan, anak berbakat
diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk
belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
No comments:
Post a Comment